Minggu, 01 Maret 2015

Kita semua pernah melakukannya. Merobek bungkus sabun di kamar mandi hotel hanya untuk menggunakannya beberapa kali sebelum keluar dan pulang ke rumah.

Sebagian orang mungkin pernah bertanya-tanya apa yang terjadi setelah batang-batang sabun itu tidak digunakan? Faktanya, jutaan batang sabun bekas itu berakhir di tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Dan dalam setahun jutaan ton "sampah sabun" dihasilkan oleh industri hotel di seluruh dunia.

Tapi di Melbourne organisasi nirlaba Aid Soap menemukan solusi atas masalah tersebut. Dalam lima bulan terakhir Aid Soap sendiri telah mengumpulkan lebih dari satu ton sisa-sisa sabun dari hotel-hotel di kota Melbourne. Sabun-sabun bekas itu dipecah dan dibuat menjadi sabun baru di sebuah pabrik di Braeside.
Dalam pengiriman pertama, 140.000 batang sabun dijadwalkan tiba di Patna, di negara bagian Bihar pada bulan ini. Sabun-sabun itu akan dibagikan kepada 2.000 keluarga tidak mampu oleh kelompok sukarelawan setempat.

"Ini adalah akhir cerita dari sampah harta karun," kata kepala eksekutif Aid Soap, Michael Matulick. "Kami mendaur ulang salah satu sampah yang menjadi bagian sampah dunia dan membuatnya menjadi barang berguna yang dapat menyelamatkan nyawa."

India kini sedang dihadapkan pada wabah hepatitis A, sehingga membutuhkan bantuan sabun untuk wargannya guna menyelamatkan dari kontaminasi .

"Diduga bahwa beberapa dari buah kemasan Cina terinfeksi hepatitis A," kata Martyn Jeggo, direktur Universitas Deakin yang menjadi pusat penelitian penyakit menular. "Hepatitis A ditularkan melalui tinja dan kemudian melalui tangan yang kotor. Jika mereka mencuci tangan dengan sabun, penularan penyakit  ini tidak akan terjadi."

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), separuh lebih dari 9000 anak-anak yang meninggal setiap hari diakibatkan oleh penyakit yang berhubungan dengan kebersihan di masyarakat miskin. Mereka bisa diselamatkan dengan mencuci tangan mereka dengan sabun.

Profesor Jeggo, direktur program kesehatan di Aid Soap mengatakan bahwa kota Patna terpilih untuk menerima bantuan sabun rekondisi karena tingkat populasi dan kemiskinan tinggi sehingga program tersebut diharapkan berdampak signifikan.
"Kami tumbuh dewasa dengan satu pertanyaan, “Sudahkah kamu cuci tangan? " kata Profesor Jeggo.
"Pesan ini ditanamkan dalam diri kita sejak usia dini," tambahnya.

Tapi tidak setiap masyarakat India tahu apa itu sabun. Matulick mengatakan ketika dia pergi ke India untuk bertemu orang-orang dari Patna Desember lalu, ia mengambil beberapa bar sabun untuk dibagikan kepada anak-anak sekolah. Beberapa dari mereka tidak tahu apa itu.

"Mereka tidak tahu apakah itu sesuatu yang bisa dimakan atau apa?," kata Matulick. "Mereka begitu senang mendapatkan hadiah. Diberi sesuatu yang begitu asing bagi mereka."
Ia mengatakan pengiriman kedua akan dilakukan pada Juli.

Sejauh ini 30 hotel Melbourne telah mendaftar, mewakili 5500 kamar hotel. Matulick mengatakan dia berharap program, yang juga telah mengirimkan sabun ke Papua Nugini, Kamboja dan Filipina, akan semakin luas dan mendirikan pabrik sabun daur ulang di luar negeri.

sumber: theage 

0 komentar :

Posting Komentar